SELAMAT DATANG DI PELANGI99 AGENT JUDI TERPERCAYA DAN AMAN ( BONUS ROLLINGAN TERBESAR DAN EXTRA BONUS REFERALL)

Minggu, 27 Agustus 2017

TEMANKU DI HOTEL :) :)




Pagi hari itu, aku terbangun karena mendengar kesibukan di luar kamarku. Kulihat langit masih gelap, matahari belum terbit dan jam menunjukkan pukul 5.15 wita tapi rasanya begitu banyak orang yang telah memulai aktivitas. Ku paksa tubuhku bangun dan menghampiri jendela yang mengarah ke teras dan jalan kecil diluar. Kulihat beberapa pria dan wanita bule itu berjalan keluar dari kamarnya masing-masing menenteng papan surf.

Barulah aku sadar, kawasan ini memang terkenal sebagai spot untuk surfing dan sepertinya mereka bangun pagi-pagi untuk mengejar ombak. Merasa lebih tenang karena tahu alasan kesibukkan itu aku pun kembali ke dalam selimut dan meneruskan tidurku. Bertekad tidur beberapa jam lagi sebelum mulai beraktivitas.

Matahari sudah keluar dari peraduannya ketika aku bangun untuk kedua kalinya, matahari disini datang lebih lama daripada di rumah. Jam di meja menunjukkan pukul 8.30 wita tapi rasanya mendung membuat pagi ini lebih dingin. Setelah mandi pagi dan berdandan tipis, aku keluar kamar dan menuju restoran untuk makan pagi.

Sudah cukup banyak tamu yang berada disana, menghadapi laptop, notebook dan berpiring-piring makanan. Tanpa menunggu lama sepiring pancake hangat dan susu panas sudah tersaji di mejaku bersama sepiring buah-buahan. Aku sarapan dengan lambat sambil memperhatikan daftar acara untuk tur hari ini. Aku memang sudah memesan mobil hotel untuk mengantarkanku melakukan tur seharian ini di kawasan dekat hotel.

Aku bisa melihat jadwal hari ini yang cukup padat dan bisa kulihat ada banyak tujuan wisata yang bisa aku lihat. Setelah piring-piring sarapanku diangkat, Cok memperkenalkan seorang pria muda yang akan membawaku berkeliling naik mobil. Tanpa menunggu lama aku dan Mas Fandi nama sopirku hari ini pun meluncur keluar hotel memulai tur.

*&^%$

Sore hari menjelang makan malam, aku sudah sampai di hotel. Lelah namun sangat bersemangat karena sudah berjalan-jalan melihat tempat-tempat yang indah dan menyenangkan. Sebelum makan malam aku ingin sejenak merebahkan diri di tempat tidur untuk meluruskan punggung, namun ketika terbangun ternyata waktu sudah larut malam.

Yakin restoran akan sudah sepi di jam seperti itu, aku memutuskan untuk tidak makan malam disana. Aku ingat Cok pernah bilang kalau di bagian belakang hotel ini ada kolam renang kecil untuk tamu. Aku meminta room service untuk mengirimkan spaghetti dan jus buah ke samping kolam renang. Kupikir cukup menyenangkan untuk makan malam di bawah bulan dan bintang-bintang.

Aku hanya mengenakan celana pendek katun dan kaos longgar dibalut jaket hoodie warna merah untuk menghalau dingin dan segera menuju kolam. Areal kolam renangnya ada di tengah-tengah cottage di bagian belakang hotel. Bagian ini hampir bisa dibilang kosong, karena kulihat hanya beberapa kamar di bagian ini yang dihuni, dilihat dari papan surfing yang tergeletak di depan kamar dan pakaian atau handuk yang dijemur di depannya. Namun kamar-kamar itu kosong tak berpenghuni, mungkin karena pemilik kamarnya masih ada di luar hotel, sedang bersenang-senang di café dan restoran di pinggir pantai.

Makananku sampai dan aku pun menghabiskannya dalam waktu yang cukup singkat. Sebelumnya aku tak merasa lapar, tapi begitu melihat makanan di depan mata. Rasanya aku cukup kelaparan. Kenyang dengan makan malam yang lezat itu, aku merebahkan tubuh di kursi pantai dan memejamkan mata, mendengarkan suara daun nyiur yang tertiup angin di atas sana.

Tiba-tiba saja, aku ingin berenang. Hawa malam itu cukup hangat, hingga membuatku melepaskan jaketku yang kini tergeletak di meja. Air kolam mengundangku untuk masuk kedalamnya. Kulihat kanan kiri, tak ada satu orang pun disana, bahkan tak ada pegawai hotel yang berkeliaran. Saat itu aku tidak menggunakan pakaian renang dan aku tak mau kaos kesayanganku basah, merasa sendirian dan sedikit gila, aku melepas kaos dan celana pendekku lalu melipatnya rapi di kursi.

Dengan sekali lompatan aku terjun dengan mulus ke dalam air kolam. Airnya tidak begitu dingin dan terasa menyegarkan di malam yang hangat. Berenang dari satu ujung ke ujung yang lain dengan gerakan sehalus mungkin karena tak ingin membuat orang mendengar kecipak air dan mendatangiku.

Setelah beberapa saat berenang bolak-balik, tiba-tiba aku dengar suara pintu yang terbuka dan tertutup kembali dari salah satu pintu kamar gelap itu. Merasa sedikit takut aku berenang ke tepid an menyembunyikan tubuhku yang hanya berbalut bra dan cd ke dalam air yang aku yakin tidak banyak membantu. Sosok seorang pria jangkung keluar dari kegelapan teras ke cahaya lampu taman.

“Helloo… Good nite!”“Good nite!”“May I join you?” tanyanya, melihat aku hanya diam didalam air, dia melanjutkan, “No… Im not going to swim, I just going to sit here and do what I have to do!”
Kulihat dia duduk di kursi pantai di sisi lain kolam tempatku berdiri saat itu dan mengeluarkan sebuah gadget dari sakunya, memasang earphone dan mengutak-atik smartphonenya. Merasa jengah dengan keadaanku yang setengah telanjang, aku menunggu sampai dia benar-benar berkonsentrasi dengan gadget di tangannya sebelum aku keluar dari kolam membelakangi dia, mengenakan jaketku dan meraih barang-barangku kemudian pergi meninggalkannya.

Aku sudah hampir melupakan kejadian memalukan itu saat aku tidur malam itu, namun tubuh dan ingatanku ternyata masih mengingat hal itu dan membuat aku tidur gelisah semalaman karena bayangan pria misterius itu.

Pagi harinya aku terbangun dengan rasa frustasi karena mimpi erotis yang melibatkan pantai, pria jangkung dan matahari. Aku memaksakan diri untuk mandi dan berdandan karena aku sudah ada janji dengan Mas Fandi yang akan membawaku berjalan-jalan. Yakin suasana liburan akan membuatku semangat kembali, aku keluar membawa tas kecil berisikan perlengkapan liburanku dan berjalan menuju restoran untuk sarapan.

Menghadapi sandwich dan segelas jus melon, aku masih saja mengingat-ingat sosok misterius pria semalam. Dia jangkung dan berperawakan sedang, tidak terlihat lebih tua dari 30 tahun. Dari aksennya jelas sekali dia bule. Rambutnya pendek namun sedikit panjang dan ikal di bagian depan, walau aku tak yakin apa warna rambut dan matanya.

Ingatan itu membuatku bernapas panjang, dengan sekali usaha aku mendorong ingatan dan bayangan itu ke belakang kepalaku dan melahap sisa sandwich di piringku. Ketika aku berdiri dari mejaku, kulihat Mas Fandi memasuki restoran untuk memanggilku.

“Pagi Mas… Aku sudah siap!”
“Oh iya Mbak… Hari ini kita gak Cuma berdua… Ada tamu hotel yang juga ingin bergabung dengan tur kita hari ini…”

“Oh ya?”“Iya… Dia tertarik untuk ikut tur ke pura jadi saya mempersilahkan dia untuk bergabung!”“Boleh aja, Mas! Biar gak sepi juga di perjalanan ya?! Mereka udah siap?”

“Uh… Kayaknya sih dia udah siap… Bentar ya! Aku mau panggil dia di kamarnya. Mbak Nina masuk aja dulu ke mobil, pendinginnya udah aku nyalain kok!”

“Oke!” setelah menyerahkan kunci kamar pada Cok untuk dibersihkan aku pun naik ke dalam mobil hotel dan duduk manis sambil menyalakan audio system.

Sedang asyik memakai sunblock untuk kulit, aku dikejutkan dengan pintu mobil yang tiba-tiba terbuka dan disana wujud kasat mata khayalanku muncul. Berdiri tegak dengan senyum cemerlang menghiasi wajahnya.

“Good morning!”
“Morning…”


Tanpa permisi dia menyelinap masuk ke dalam mobil dan duduk di sebelahku, memenuhi sisa ruang yang ada di dalam mobil. Seketika itu juga rasanya aku akan terkena serangan asma. Apa yang dia lakukan disini. Apa mungkin yang dibilang Fandi adalah orang ini?

Aku menoleh ke arahnya dan melihat dia tersenyum aku memaksakan sebuah senyuman di wajahku. Mati aku.

Okey… are you ready? We are going now…”

Yes… of course!” sahutnya ceria.

Tur hari ini adalah hasil perencanaanku dan Fandi, aku meminta untuk diantar ke daerah Pura karena aku suka dengan suasana dan arsitektur Pura-Pura di Bali. Agak jauh dari kawasan kami berada sekarang namun tak mengapa. Tak kusangkan bule ini akan bergabung karena setahuku orang-orang luar ini jarang sekali tertarik dengan hal seperti itu. Biasanya yang mereka tahu hanya pantai… pantai dan pantai.

“Mbak Nina… perkenalkan Bule ini namanya Rolland Jefferson… Dia bule Amerika. Tinggal di hotel kita juga, di deket kolam renang sana kamarnya!” lalu dia melanjutkan lagi, “Mr Jefferson, this young girl is Miss Nina Almeira. She is our only domestic tourist, so she is a special guest!”

“Haha… yeah special… She is special, Fandi!” jawabnya sambil tersenyum padaku, “So… Please don’t be upset on me… I didn’t mean to interrupt your vacation here…”

“No I didn’t think about that… It’s a hotel tour so you have the same right to be here as I have…”

“Yes, of course! So I hope we could enjoy the tour together for the rest of the day!”

“Same here, Mr Jefferson!”

Sisa hari itu kurasakan sangat sulit menolak pesona Jeff. Dia lucu, menyenangkan, tingkahnya menggemaskan. Dia selalu berada di sekitarku ketika kami berkunjung ke pura. Memberi komentar cerdas dan lucu. Bahkan karena sikapnya itu dia berhasil mendapatkan souvenir dari salah satu pengunjung Pura berapa udheng… Ikat kepala yang dipakai umat Hindhu untuk bersembahyang di Pura. Jadilah sepanjang sisa hari itu dia berkeliaran dengan udheng warna biru emas di kepalanya.

Di penghujung hari, jarak diantara kami sudah hampir hilang karena kepintarannya mencairkan suasana. Setelah tujuan terakhir hari itu, kami masuk ke dalam mobil dengan puas dan lelah. Tinggal perjalanan 2jam lebih untuk sampai kembali ke hotel dan beristirahat.

“What time will we arrive at hotel, Fandi?”

“About 8pm Miss!”

“Okey… Lets go home now…”

Are you tired?”

“Just a Little!” jawabku lalu menyandarkan kepala ke kursi dan memejamkan mata, merasakan mobil kami mulai meluncur ke jalan.

Aku tidak tertidur, aku hanya memejamkan mata dan merelakskan badan jadi aku bisa merasakan semua yang terjadi saat Jeff menyelipkan lengannya di lekuk leherku dan kemudian menarikku mendekat padanya. Dia menyandarkan kepalaku dibahunya. Mungkin dia bermaksud untuk membuatku lebih nyaman, namun hal itu justru membuat tubuhku mengantisipasi sentuhannya.

Remasan kecilnya di bahuku, wangi tubuhnya, betapa menyenangkannya ada di pelukan seorang pria seperti dia. Aku mencoba untuk menjadi lebih nyaman, sangat berusaha, hingga akhirnya aku benar-benar terlelap.

Nina… we are here…”

“Where?”

“Hotel…” aku menggeliat perlahan dan merasakan posisiku sudah jauh berubah, kini aku berbaring di dalam mobil dengan kepalaku ada di pangkuan Jefferson, lalu dia melanjutkan, “I could take you to your room now, in my arms, but I am afraid that it’ll make some misunderstanding to the other staff!”

You don’t have to…”

“I don’t have to…” ujarnya setuju, “But I want to…”

Aku bangun dan meraih tasku, lalu keluar dari mobil dan berdiri. Kulihat Cok menyambut kedatangan kami di depan restoran.

“Mbak Nina… gimana jalan-jalannya? Mau langsung makan di restoran atau mau bersih-bersih dulu?”

“Rasanya aku minta makanan dianter ke kamar aja ya Cok! Aku pingin mandi dulu, tapi rasanya malas balik ke restoran!”

“Okey mbak. Nanti kita antar ke kamar, ini kuncinya, kamar sudah dibersihkan!”

“Makasih!” sahutku pada Cok dengan senyum lelah, “Thank you for today, mr Jefferson!”

“Its my pleasure Nina!”

Meninggalkan 3 orang pria itu, aku berjalan menuju kamarku sendiri.

Setelah mandi dan berganti baju aku membuka pintu teras dan menemukan nampan makan malam yang aku pesan. Di dalamnya, Cok menyiapkan makanan khas Lombok Ayam Taliwang dan Plecing Kangkung yang sempat aku bilang padanya ingin aku rasakan. Aku membawa nampan itu masuk dan makan malam sendirian di dalam kamar.

Waktu sudah menunjukkan pukul 11wita. Aku sudah selesai makan malam dari sejam yang lalu, kemudian memutuskan untuk membaca novel yang aku bawa sambil menunggu kantuk yang tak kunjung datang. Mungkin dikarenakan aku tadi tidur di dalam mobil, jadi sekarang energiku masih belum habis.

Aku berpikir bagaimana caranya menghabiskan sisa tenaga ini karena aku ingin sekali tidur dan bangun lebih awal besok untuk melihat sunrise di pantai. Aku memutuskan untuk berenang di kolam renang belakang. Entah karena lupa atau memang aku sengaja, aku tak memakai baju renang di balik bajuku. Aku hanya membawa handuk hotel dan jaket.

Keadaan hotel masih cukup sepi karena jam 11 biasanya acara-acara di café baru saja dimulai. Sepanjang perjalanan ke belakang aku melihat banyak yang tinggal di dalam kamar atau duduk-duduk diteras, namun begitu memasuki halaman belakang, kamar-kamar itu masih gelap, seperti malam sebelumnya.

Ketika aku berbelok kea rah kolam renang bisa kulihat aku tidak sendirian. Di sana seorang pria berbaring di kursi pantai sambil membaca buku. Dia hanya memakai celana boxer, kaos putihnya di gantungkan di sandaran kursi. Dia terlihat sama terkejutnya denganku.

Pandangan matanya seolah bertanya apa yang aku lakukan disana. Jika aku berbalik sekarang dan membatalkan rencanaku untuk berenang, itu berarti aku pengecut, namun jika aku tetap melanjutkan rencanaku maka bisa dibilang aku memberikannya undangan yang cukup nyata.

Alih-alih berbalik arah, aku berjalan maju mendekati kursi pantai yang aku duduki semalam, meletakkan handuk hotel dan jaketku di meja. Berdiri menghadap ke dirinya aku bisa melihat dia tidak sesantai yang ingin dia tunjukkan. Perlahan aku melepas kaos dan celana pendekku, lalu lompat ke dalam air dan meluncur ke arahnya.

“Hello… good nite Jeff!” sapaku dari dalam kolam,

Good nite Nina… What are you doing?” tanyanya padaku,

“Swimming…”

“In the middle of the nite?”

“Yes… And what are you doing?” tanyaku padanya yang masih tak beranjak dari kursinya,

“Reading a novel!” katanya, “And waiting for you, I suppose!” tambahnya jujur sambil mengacak-acak rambut ikalnya,

“Really, so you are sure that I’ll be coming here?”

“Not really but I am willing to bet on it!”

“Then u’ve win!” kataku sambil berseru dan dengan sekali sentak meluncur menjauh dalam gaya punggung dengan perlahan,

“Yes… I guess… but now I am doubting myself. Could it be better if I lose?”

“I don’t know about that…” kataku sambil terkikik geli.

Dia membiarkanku berenang di kolam dan dia masih berbaring disana, namun novelnya sudah tertutup di meja. Dia terlihat cukup santai untukku kecuali ketegangan kecil yang mulai terbentuk di bagian bawah tubuhnya. Mau tak mau aku memperhatikan gundukan di celananya yang semakin membesar dan dia memastikan aku melihat itu.

Air kolam cukup dingin, namun rasanya tubuhku menghangat.

Arent you going to swim?”
“Im afraid that you’ll run again if I do that!”
“No I won’t… I just surprised yesterday because a stranger see me half naked!”
“So am I not a stranger tonite?”
“Well… you are… But I didn’t think you are strange so…”

Dia masuk ke dalam kolam dengan perlahan, menciptakan hanya sedikit riak pada permukaannya, namun menciptakan gelombang pasang dalam tubuhku. Aku tahu apa yang akan datang, aku menanti-nantikannya. Kami berjarak tak lebih dari 3 meter dengan beberapa langkah atau ayunan lengan, aku bisa menyentuhnya, namun kami tetap berdiri disana dan saling memandang.

Dia tidak berusaha mendekat, mungkin membiarkan aku yang memulai. Jadi aku pun melangkah perlahan, membangun suasana diantara kami. Ketika aku sudah berjarak 1 lengan, dia meraih tanganku dengan tangannya dan meletakkannya di dadanya.

Tangannya yang lain meraih tubuhku dan meniadakan jarak diantara kami. Kulit menyentuh kulit. Panas bertemu panas. Seolah mencoba-coba dia mendekatkan wajahnya dan kemudian menyentuh bibirku dengan bibirnya ringan menyapu, menjilat, menghisap, mengulum lalu dia melepaskannya.

Arent you going to runaway?”“No, I wont!”“Good!”

Sekali lagi dia menciumku, kali ini lebih dalam, dirapatkannya tubuh kami, kejantanannya menekan perutku dan ciumannya membuat kakiku lemas kehilangan tenaga.

“Arent you cold?”
“A little…”

Dia mengajakku naik keluar dari kolam renang. Diambilnya handuknya sendiri dan dililitkannya di tubuhku, sedangkan dia mengambil handukku untuk dirinya. Kemudian dia duduk di sebelahku dan merangkulku dari belakang, dia berbaring di kursi santai dan membawaku dalam pelukannya.

“I heard from the staff that youre here alone? Why? Broken heart trip?”
“No… My friend cancel the trip in a last minute, but I already got my permit so I go anyway…”
“Its so brave of you to make a trip by yourself!”
“I am a grown up… I could responsible for myself, thank you!”
“I could see that!” katanya sambil mengecup pipiku dengan lembut, “Nina… There is something I want to ask from you and it might makes you looks like a careless girl!”

“What is it?” tanyaku sambil melepaskan pelukannya dan berbalik menghadapi Jeff,

“I want to make love to you!” katanya masih menatapku dengan pandangan serius,
“Are you always this serious?”

“Yes, if I talks about this kind of things!” katanya lagi, “I know you might find this ridiculous but I mean it! I would like to take you in my arms now and lock you up in my room, but…”

“But…” sahutku menunggu dia melanjutkan kalimatnya yang terpotong,
“I’m staying with my friends here and I dont want them to caught us together. They will deffinitely snatch you away from me if they know you!”

“Hmmm… I dont think today is the best time to do that…” kataku menjawab ajakannya dan bisa kulihat raut wajahnya kecewa, “Its not that I dont like you, its just that I am so tired tonight. Maybe you should try to ask me again tomorrow!”

Pelukannya telah terlepas sepenuhnya dan dia masih tampak bingung dengan penolakanku. Akupun berdiri dan meraih celana dan jaket yang tadi aku letakkan di meja.

“I think, I gotta go now… Good nite Jeff!” saat aku hendak berjalan kembali ke kamarku, tiba-tiba tanganku diraih dan ditariknya aku dalam rengkuhannya yang terasa lembut, tidak cukup keras untuk menjagaku tetap disana jika memang aku bermaksud melarikan diri, namun aku tak ingin melarikan diri.

Kunikmati rasa bibir dan lidahnya di mulutku, bau kaporit dari air kolam yang mengering di kulit kami dan sentuhan tangannya yang menggantikan angin hangat malam itu. Jeff mengakhiri ciuman itu dengan enggan dan kemudian menumpaskannya dengan sebuah kecupan di dahiku.

“Good nite, Nina! I’ll see you tomorrow!”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

10 Polwan Cantik Cabuti Paku di Pohon Pinggir Jalan Solo !! wauuw !!

Menjelang Hari Pohon Sedunia, 10 polisi wanita cantik Polresta Surakarta melakukan aksi menarik di Jalan Menteri Supeno, Manahan, Kot...