"Itu penipuan atas nama agama. Itulah kalau agama tidak dilakukan dengan benar. Orang kalau beragamanya formal ya begitu. Orang beragama itu harus substansial. Nilai-nilai yang kita terapkan. Bukan formalnya, beragama kok nipu, ga ada itu," jelas Yaqut di Kantor GP Ansor Jakarta, Rabu (23/8).
Namun GP Ansor belum mengambil sikap terkait penipuan First Travel. Yang jelas dia menyesalkan kasus ini harus terjadi karena niat para jemaah ini baik, ingin beribadah ke tanah suci.
"Tapi sikap resmi belum. Kita akan pelajari dahulu First Travel ini kaya apa," katanya.
Sebelumnya, polisi mengungkapkan modus operandi yang dilakukan Andika Surachman, Anniesa Hasibuan dan Kiki Hasibuan terhadap calon jemaah umroh yang mendaftar di First Travel. Dirtipidum Bareskrim Polri Brigjen Herry Rudolf Nahak menjelaskan, pelaku memberikan penawaran kepada jemaah umroh seharga Rp 14.300.000.
"Mereka menggunakan harga murah dan segala promosi yang ditawarkan. Harganya juga di bawah standar Kemenag. Mereka menggunakan jargon 'umrah dengan harga kaki lima fasilitas bintang lima'," katanya di kantor Bareskrim Polri, Gambir, Jakarta Pusat, Selasa (22/8).
Dia menambahkan, dengan adanya promosi maka banyak orang berminat. Dalam melakukan transaksi, ketiga tersangka menggunakan dua virtual account dan dua rekening."Dengan harga murah akan dapat fasilitas sama dengan mereka yang vip. Ini menarik minat cukup banyak jemaah. Plus dua paket tambahan carter pesawat sendiri dan paket Ramadan 2017," tambahnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar